Assallamu'alaikum Warahmatullah Hiwabarakatuh.
Aku tak kan mampu berkata lebih dari ini wahai makhluk yang sangat ku hormati. Aku sungguh makhluk yang dha'if. Sungguh untuk benar - benar membuangmu aku tak mampu, bahkan aku tak ingin Astaghfirullah. Sungguh dengan mengucap kata itu saja aku sudah berdosa. Dan apakah kau ingin aku untuk meneruskan dosa ini? Akankah kau menolongku untuk bangun dari limbung yang menenggelamkanku dalam lumpur hina yang durjana? Ataukah malah menenggelamkanku dalam - dalam dan terus menerus menyakitiku?
Duhai manusia yang hampir ku anggap sempurna. Kau pun tahu aku sangat mengagumimu, dan rasa itu adalah kesalahan terindah ku. Yang seharusnya tak patut ku pelihara lebih lama lagi. seharusnya telah kubuang jauh dan tak pernah kuharap kembali lagi. Namun aku sungguh terlalu lemah. Aku bahkan tak dapat menolak indahmu. Indahmu yang tak selayaknya untukku. Seketika kau hadir dan menawarkan aku racun terlezat yang mampu membunuh segala keimananku. Namun seketika itu pula kau pergi dan membiarkan racun itu menggerogoti tubuhku hingga habis hatiku merasakannya. Kau sama sekali tak menyadarinya. Kau telah menyakiti aku, dia yang kau cintai, dan mungkin saja dirimu. Sungguh tak ada sedikitpun niatku untuk mengecap manis tebu yang kalian perah. Sungguh tak sedikitpun niatku untuk masuk dalam peraduan kelambu cinta yang kalian buat. Aku hanya seonggok wanita lemah yang terjerembab dalam kubangan cinta yang tak selayaknya. Cinta yang tak sepatutnya. Cinta yang tak seharusnya kurasakan padamu.
Sungguh begitu nista aku dengan semua rasa itu. Namun jangan berfikir bahwa aku tak mencoba bangkit. jangan berfikir bahwa ku tak mencoba membiarkannya berlalu. Jangan berfikir bahwa aku tak mencoba ikhlas. Aku telah mencobanya, sungguh. Aku telah tertatih kesakitan dan mencoba tersenyum menyaksikan senyum indah kalian yang saling berpandangan. sungguh aku telah mencoba mendo'akan dalam do'a - do'a cinta kalian. Sungguh aku telah mencoba tersenyum seolah tak ada apapun yang terjadi pada hatiku padahal sebenarnya ia menangis. Dan untuk kebahagiaan kalian aku telah menitip do'a tertulus yang kupanjatkan.
Lalu dengan begitu mudahnya semua usaha itu hancur dengan kehadiranmu yang kembali mengusik benakku. Telah sia - sia segala air mata kesakitanku. Telah sia - sia segala langkah perihku. Kau timbulkan kembali rasa itu hanya dengan seucap salam. Bermakna kah salam itu? bermaknakah semua niat suci silaturahim itu? bermaknakah semua rindu itu? bermaknakah semua perkataanmu yang membuatku kembali merasakan cinta itu? Bermaknakah itu semua? Sekejap kau jadikan tembok besi ku meleleh bagai api yang membakar lilin. Sekejap kau jadikan semua kekuatan itu sirna. Jangan paksa aku untuk menyalahkanmu. Karena kau tak berniat untuk kembali mengobarkan rasa yang ku anggap cinta itu. Kau tak pernah berniat melukaiku. Namun secara sederhana kau buat aku kembali menginginkanmu. Seperti api yang membakar kayu yang menjadikannya abu, Seperti isyarat langit pada hujan yang menjadikannya tiada. Kau membuat semua benteng pertahananku runtuh.
Selemah itukah aku? atau sedahsyat itukah pengaruhmu terhadapku? Wallahu Allam. Kini dalam segala kesusahpayahan ku, aku coba kembali menata hati. Aku coba kembali membuangmu. Meski langkahku seperti terpasung, meski lenganku tak kuat berpegangan, meski telingaku tak mampu mendengar. Aku akan mencoba. Aku akan kembali merelakanmu, benar - benar melepasmu, dan membiarkan hatimu utuh untuk dia yang menyemai cinta bersamamu. semoga Allah Subhana Wa Ta'alla selalu memberkahi kalian. Semoga segala dosa yang telah kita perbuat cukup untuk dapat di ampuni oleh-Nya.Amin.Insya Allah.