I've just arrived at home, after spending several days in the hospital.
Yah, hari ini saya baru saja tiba di rumah. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih satu minggu di sebuah rumah sakit negeri di Jakarta. Awalnya saya enggan sama sekali untuk pergi ke rumah sakit tersebut. bukan karena apa - apa, tapi karena saya mempunyai kenangan yang kurang baik dengan rumah sakit tersebut. Mendiang ayah saya wafat disana. Namun sayangnya rumah sakit tersebut adalah rumah sakit rujukan dari instansi tempat Ibu saya bekerja. Sehingga untuk menghindari ke-mubadzir-an saya pun terpaksa di Opname dirumah sakit itu. Padahal sebenarnya bisa saja kami pergi ke rumah sakit swasta yang pelayanannya pasti lebih optimal dibanding rumah sakit tersebut. Tapi saat itu Ibu saya pikir bahwa saya hanya membutuhkan sedikit cairan infus dan sedikit obat-obatan untuk memulihkan kondisi saya. Tanpa memikirkan resiko apa yang kemungkinan bisa terjadi. Hari pertama demam saya enggan dibawa kerumah sakit itu, hingga hari kedua demam tidak kunjung turun saya dengan terpaksa dilarikan kerumah sakit tersebut. Tapi begitu tiba di UGD , saya yang sudah tidak berdaya sama sekali tidak diberikan pertolongan apapun. Bagian adminstrasi memaksa untuk terlebih dahulu mengurus surat - surat tanda Asuransi Kesehatan yang Ibu saya miliki. padahal saat itu saya benar - benar sudah tidak berdaya. Dan sayangnya Ibu saya saat itu belum mengurus tunjangan untuk saya pasca kepergian Ayah saya. sehingga untuk sekedar mendaftar saja kami dipersulit. Tapi Alhamdulilah saya bertahan hingga Ibu saya selesai mengurus semua administrasi. Meski memakan waktu lumayan panjang untuk itu. Hari pertama saya di opname, semua berjalan dengan sewajarnya. Suster rutin memberi obat. Dokter rutin memeriksa setiap pagi. Namun ada yang kurang saya sukai, yaitu mengenai peraturan jam besuk dan penjagaan pasien. Penjagaan pasien hanya boleh dilakukan saat jam besuk dan saat malam. Jam besuk saja hanya dari pukul 11siang s/d 12 siang dan pukul 5 sore s/d 9 malam. Selebihnya Pasien tidak boleh ditunggui oleh siapapun. Dari pukul 6 pagi hingga 11 siang, dan pukul 1 hingga 5 sore pasien hanya diperbolehkan sendiri. Setiap kali jam besuk ditutup, semua pasien terlihat protes, termasuk saya. Karena saat kami butuh suatu apapun, suster tidak datang untuk membantu. Saya tahan dengan keadaan demikian hingga sekitar 3 hari. Dan ada lagi yang mengherankan saya, saat saya masuk rumah sakit tersebut hari pertama demam saya turun, namun seterusnya demam saya tidak kunjung turun, padahal obat – obatan rutin diberikan melalui selang infus. Hingga klimaksnya terjadi pada hari ke-4. Dimana malam itu seusai makan malam saya mual – mual dan akhirnya muntah. Setelah saya muntah itu syaraf rahang saya seperti layaknya orang yang terkena Stroke , saya kejang semalaman, tanpa ada reaksi sedikitpun dari pihak rumah sakit. Mereka hanya bisa menjanjikan besok untuk dikonsultasikan pada Poli Gigi dan Mulut. Padahal saat itu keadaan saya sudah sangat memperihatinkan. Ibu saya hanya bisa menangis dan berdo’a sepanjang malam. Dan saya merasakan kejang semalaman. Sedangkan suster – suster itu hanya bisa Mondar – mandir melihat keadaan saya tanpa bertindak apa – apa. Sedangkan semakin malam saya makin merasa parah. Saya mulai menggigiti lidah saya sendiri tanpa kemauan saya. Saya terus tahan hingga pagi. Sekitar subuh saya sedikit lebih baik. Dan pagi itu suster datang dan menyuntikan Obat mual ke selang infus saya. Tidak lama setelah itu kejang yang semalam saya rasakan makin timbul lagi, malah semakin parah. Dan pagi itu suster yang kebingungan hanya menyuruh saya untuk sabar dan menunggu dokter. Cukup lama saya menunggu dengan bibir yang mencong dan syaraf sekitar rahang menegang. Ibu saya yang memaksa untuk mendampingi saya hanya bisa menangis melihat keadaan saya. Selang waktu berjalan lumayan lama, dokter pun tiba. Ia terheran – heran melihat keadaan saya. Ia pun bertanya pada suster apa yang telah disuntikkan ke saya, suster menjawab nama-nama sebagian obat. Dan dokter sambil terdengar membentak suster, memerintahkan untuk menyuntikkan obat penawar ke saya, dan tidak sampai 5 menit saya pun tertidur------
Begitu terbangun, kejang yang saya rasakan hilang semua. Hanya sedikit perih bekas – bekas gigitan saya sendiri. Ibu saya bercerita bahwa ia mendengar dokter membentak suster karena saya mungkin saja lewat karena tidak kuat terhadap dosis yang diberikan suster. Ternyata saya hampir Over Dosis . Alhamdulilah setelah itu saya jauh lebih membaik. Dan ini merupakan pelajaran berharga buat saya dan keluarga. Semoga menjadi pelajaran untuk semua. Amin