Kamis, 30 Desember 2010

Al - Arsy (Arasy)



لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Ukhti, kadang kita sering mendapat pertanyaan seputar keberadaan Allah Subhana Wa Ta'alla. Dan tak jarang dari kita bingung untuk menjawabnya. ada yang menjawab "Tuhan (Allah) ada dimana - mana kok." Namun alasan ini sungguh tidak masuk akal dan tak sesuai dengan yang Al-Qur'an ajarkan. Kalau ada dimana - mana tidakkah berarti Tuhan itu banyak dan berada ditempat kotor sekalipun donk? Masya Allah. Lalu ada yang menjawab "Tuhan ada di hatiku". inipun masih tidak tepat. Bayangkan, betapa banyaknya umat manusia di Bumi. Jika semua mengaku bahwa Tuhan ada dihatinya berapa banyak Tuhan yang ada?
Berikut adalah jawaban atas pertanyaan tersebut. mari kita telaah artikel berikut.
‘Arsy (Bahasa Arab عَرْش, ‘Arasy) adalah makhluk tertinggi tempat bersemayam Allah, berupa singgasana seperti kubah yang memiliki tiang-tiang yang dipikul oleh para Malaikat. Pengertian ‘Arsy ini yang diyakini oleh para manhaj Salaf, berdasarkan Al Qur'an dan hadits Muhammad, sesuai dengan ayat:
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas 'Arsy.(Thaha, 20:5)
Tetapi banyak ulama yang berpendapat beda dalam mengartikan makna dari ‘Arsy ini, apakah ‘Arsy itu berwujud fisik atau nonfisik.
Etimologi
‘Arsy adalah bentuk mashdar dari kata kerja ‘arasya – ya‘risyu – ‘arsyan (عَرَشَ يَعْرِشُ عَرْشًا) yang berarti bangunan, singgasana, istana atau tahta. Di dalam Al-Quran, kata ‘Arsy itu disebut sebanyak 33 kali. Kata ‘Arsy mempunyai banyak makna, tetapi pada umumnya yang dimaksudkan adalah singgasana atau tahta Tuhan. Kemudian arti dari kata tersebut dipakai oleh bangsa Arab untuk menunjukkan beberapa makna, yaitu:
  • Singgasana raja, tercantum dalam Surah An-Naml, 23.
  • Atap rumah, tercantum dalam hadits
  • Tiang dari sesuatu
  • Kerajaan
  • Bagian dari punggung kaki
Inilah sebagian dari arti ‘Arsy dalam bahasa Arab, akan tetapi arti tersebut berubah-ubah sesuai dengan kalimat yang disandarinya.
Seorang ulama yang bernama Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa ‘Arsy merupakan ”pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid Rida itu antara lain didasarkan pada Al Qur'an:
...kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy untuk mengatur segala urusan...(Yunus 10:3)
Wujud 'Arsy
Menurut manhaj salaf, 'Arsy memiliki wujud yang teramat sangat besar, memiliki beberapa tiang yang menjadikan 'Arsy sebagai atap alam semesta. Wujud ini dicatat dalam beberapa hadits-hadits yang shahih. Saking besarnya ada malaikat yang memiliki sayap banyak, diperintahkan oleh Tuhan untuk terbang kemana saja yang ia kehendaki dan ia merasa tidak beranjak dari tempat semula ia terbang.
Allah berfirman kepada malaikat tersebut, "Sesungguhnya Aku telah menjadikan engkau memiliki kekuatan yang sebanding dengan kekuatan 7.000 malaikat." Malaikat itu diberikan 70.000 sayap. Kemudian, Allah menyuruh malaikat itu terbang. Malaikat itu pun terbang dengan kekuatan penuh dan sayap yang diberikan Allah ke arah mana saja yang dikehendaki Allah. Sesudah itu, malaikat tersebut berhenti dan memandang ke arah ‘Arsy. Tetapi, ia merasakan seolah-olah ia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya terbang semula. Hal ini memperlihatkan betapa besar dan luasnya ‘Arsy Allah itu.
 
“ 'Arsy yaitu singgasana yang memiliki beberapa tiang yang dipikul oleh para Malaikat. Ia menyerupai kubah bagi alam semesta. 'Arsy juga merupakan atap seluruh makhluk.”
Nabi Muhammad bersabda: "Perumpamaan langit yang tujuh dibandingkan dengan Kursi seperti cincin yang dilemparkan di padang Sahara yang luas, dan keunggulan 'Arsy atas Kursi seperti keunggulan padang Sahara yang luas itu atas cincin tersebut."

Menurut syariat Islam, 'Arsy terletak diatas surga Firdaus yang berada dilangit ke-7. Keyakinan ini bersumber dari salah satu hadits Muhammad. Muhammad bersabda kepada sahabatnya yang bernama Abu Hurairah “Apabila engkau memohon kepada Allah, maka mohon-lah kepada-Nya Surga Firdaus. Sesungguhnya ia (adalah) Surga yang paling utama dan paling tinggi. Di atasnya terdapat ‘Arsy Allah yang Maha Pengasih...”
Masih diriwayatkan dari Ibnu Abi 'Ashim, Nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya ‘Arsy sebelumnya berada di atas air. Setelah Allah menciptakan langit (ke-7), ‘Arsy itu ditempatkan di langit yg ke-7. Dia jadikan awan sebagai saringan untuk hujan. Apabila tidak dijadikan seperti itu, tentu bumi akan tenggelam terendam air.”
Hamalat al-‘Arsy
Para malaikat pemikul 'Arsy terkenal dengan nama Hamalat al-‘Arsy (Arab: حملات العرش) berjumlah empat malaikat, setelah kiamat akan bertambah menjadi delapan malaikat yaitu; Israfil, Mikail, Jibril, Izrail dan Hamalat al-‘Arsy.[4] Didalam Al-Qur'an juga disebutkan para malaikat ini, dalam surah Al Haqqah 69 ayat 17:
‘’ Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.’’ (Al Haqqah, 69:17)

 
Wujud Hamalat al-‘Arsy
Berdasarkan hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud dari seorang sahabat Jabir bin Abdillah, wujud para malaikat pemikul singgahsana Allah sangatlah besar dan jarak antara pundak malaikat tersebut dengan telinganya sejauh perjalanan burung terbang selama 700 tahun.[
Dikatakan pula dalam hadits, bahwa Hamalat al-'Arsy memiliki sayap lebih besar dan banyak dibandingkan dengan Jibril dan Israfil. Dikatakan bahwa Hamalat al-'Arsy memiliki sayap sejumlah 2400 sayap dimana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Israfil, sedangkan Israfil mempunyai 1200 sayap, dimana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril.
Sedangkan Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar bin 'Arabi Al-Jawi Al-Bantani, seorang wali besar dari tanah Jawa, mengatakan bahwa, "Mereka adalah tingkatan tertinggi para Malaikat dan Malaikat yang pertama kali diciptakan, dan mereka berada di dunia sebanyak 4 malaikat, pada saat qiyamat akan berjumlah 8 malaikat dengan bentuk kambing hutan. Jarak antara telapak kakinya sampai lututnya sejauh perjalanan 70 tahun burung yang terbang paling cepat. Adapun sifat dari 'Arsy, dikatakan bahwa bahwa 'Arsy adalah permata berwarna hijau dan 'Arsy adalah makhluk yang paling besar dalam penciptaan. Dan setiap harinya 'Arsy dihiasi dengan 1000 warna daripada cahaya, tidak ada satu makhlukpun dari makhluk Allah ta'ala yang sanggup memandangnya.. Dan segala sesuatu seluruhnya didalam 'Arsy seperti lingkaran ditanah lapang...Dikatakan sesungguhnya 'Arsy merupakan kiblat para penduduk langit.. sebagaimana Ka'bah sebagai kiblat penduduk bumi..
Perbedaan Pendapat Tentang 'Arsy
Di dalam perbincangan para ulama tradisional dengan ulama kontemporer dan modern, mereka masing-masing memiliki perbedaan pendapat dalam menafsirkan istilah 'Arsy ini. Mereka memperdebatkan apakah 'Arsy itu suatu nonmateri (nonfisik) atau materi (fisik).
Para ulama tradisional lebih menyukai memahami 'Arsy sebagai suatu singgasana, dimana dari singgasana-Nya inilah Tuhan mengendalikan kekuasaan-Nya atas makhluk-makhluk-Nya, namun ulama-ulama tersebut juga lebih suka untuk tidak melakukan pembahasan lebih jauh mengenainya dan hanya mencukupkan urusannya kepada iman dan itu menjadi rahasia Allah saja.
Sejumlah ulama lain yang lebih moderat menolak penafsiran 'Arasy seperti yang telah disebutkan diatas tadi, karena menurut mereka Allah tidak membutuhkan tempat, ruangan dan juga tidak terikat dengan waktu. Jika dikatakan bahwa Allah duduk diatas 'Arsy maka berarti Allah memiliki wujud yang sama seperti makhluk-Nya yang memerlukan tempat tinggal dan tempat bernaung, padahal Allah Maha Suci dan Maha Mulia dari semua itu.
Dalam penafsiran 'Arsy oleh para ulama ini, maka bisa digolongkan menjadi tiga pendapat yang berbeda, yaitu:
Berpendapat bahwa kata ‘Arsy di dalam al-Quran harus diartikan dan dipahami sebagai makna metaforis (majazi). Jika dikatakan Tuhan bersemayam di ‘Arsy, maka arti ‘Arsy di sini adalah kekuasaan Tuhan. Tuhan merupakan zat yang nonmateri, karenanya mustahil Dia berada pada tempat yang bersifat materi.
Berpendapat golongan ini bertolak belakang dengan pendapat pertama. Menurut mereka, kata ‘Arsy harus dipahami sebagaimana adanya. Karena itu, mereka mengartikan ‘Arsy sebagai sesuatu yang yang bersifat fisik atau materi. Mereka memiliki paham antropomorfisme.
Berpendapat yang menyatakan bahwa ‘Arsy dalam arti tahta atau singgasana harus diyakini keberadaannya, karena Al-Quran sendiri mengartikan demikian adanya.

Nah, Ukhti sekalian. Sekarang kita dapat mengambil kesimpulan kan bahwa Allah ada di Arsy, yaitu langit ke 7. Seperti sahabat yang pernah mengatakan kepada saya tentang bagaimana sebaiknya kita mejawab seputar keberadaan Allah,
"Allahu ma'i
Allahu hadiriii
Allahu nadziri,
Allah qoribun minnii, 
yang artinya
Allah slalu ada brsama ku
Allah slalu hadir pada diri ku
Allah slalu memperhatikan aku
Allah slalu dekat dengan ku''
karena kita pasti tak ingin berpendapat bahwa Allah hanya diam diatas Arsy. Begitulah sekiranya makna ucapan kecil itu. dan insya Allah setelah membaca artikel ini kita tidak akan salah lagi dalam menjawab pertanyaan seputar keberadaan Allah. Semoga bermanfaat.

Rabu, 29 Desember 2010

The Prayer

Ayah, ingatkah kau pada hari itu? dimana terkahir kali kulihat senyum lelahmu, dimana terakhir kali ku basuh wajahmu pucatmu, dimana terakhir kali ku kecup kening mu, dimana hari itu kau hanya terdiam kaku, dimana hari itu kami semua berkumpul. Saat - saat langka yang biasanya kau tunggu - tunggu. Kami semua berkumpul. Anak - anakmu, istri, ibu, adik, kakak. Kami semua disisimu. Memandangimu, mendo'akanmu dan kami setia menungguimu. Ayah, jika telah terlambat ku ucap kata maaf. jika telah terlambat ku bawakan kau bunga - bunga harapan masa depan, jika telah terlambat ku serahkan mahkota penobatan kebanggaan, lalu apakah yang dapat kuberikan tuk tunjukkan baktiku padamu? Adakah yang lain selain Do'a? 
Ya Allah yang maha pegampun. Maka ampunilah segala dosa Ayah kami, jagalah ia senantiasa dalam lindungan-Mu. Tempatkanlah ia bersama para manusia - manusia terpilih-Mu. Sayangilah ia seperti ia menyayangiku sewaktu ku kecil. Ringankanlah jalannya, luaskanlah kuburnya, dan tabahkanlah kami keluarga yang ditinggalkan.Qabul Ya Allah.Amin Yaa Rabball Allammin..

Senin, 27 Desember 2010

Ceritaku tentang si Dia

لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Ukhti, kalian pasti pernah merasakan bagaimana rasanya menyukai, membenci, kecewa, senang, sedih, dan berbagai macam perasaan lainnya. Lalu pernahkah kalian merasakan apa itu mencintai?Ukhti, maukah kalian menjelaskan pada ana tentang apa itu arti cinta? 
Ukhti, ana pernah mengalami sesuatu yang sebenarnya tak ingin ana alami. ana pernah merasakan kekecewaan yang seharusnya tak ana rasakan. Apalagi hanya karena seorang makhluk Adam.Masya Allah.
Ana hanya seorang gadis lemah yang tak mampu menolak keindahan. Ketika ia lewat dihadapan ana, seketika mata ini terpicing kesilauan. Apa yang menyebabkan ana seperti itu adalah lantaran keindahan akhlak yang ia punya. yang ketika berjalan ia selalu menundukkan pandangannya, ketika ia bertemu seseorang selalu mengucapkan salam, ketika Adzan berkumandang ia selalu berjalan cepat menuju masjid, ketika ia bicara ia selalu merendahkan suaranya, dan ketika kami bersua ia selalu tertunduk senyum sambil mengucap salam yang ana harap ada makna dan do'a didalamnya. Ia tak pandai bergaul seperti kebanyakan  teman-temannya. Ia tak secerdik mereka (teman-temannya) yang tak sungkan menanyakan kabar ana meminta nomor handphone, dan mengajak ana makan bersama. Ia tak seperti itu. ia hanya tersenyum ketika ana membantunya pada suatu urusan karena kebetulan kami saat itu ada dalam satu majelis yang sama.
Ya, saat itu ana sangat mengaguminya. Karena kebersahajaan dia yang mampu membuat mata terpicing kesilauan dan membuat hati ini bergetar kala ia memanggil halus nama ana "Aisyah".
Tapi keindahan itu memang tidak untuk ana. yang jujur sangat mengharapkan Ia menjadi imam dalam hidup ana. Ana benar-benar merasa ia adalah orang yang ana cari. Ia sempurna menurut ana meski tak ada manusia yang sempurna selain Rasullullah Sallallahu Allaihi Wassallam. Tapi ana yakin ia lah yang ana mau. dan ana yakin ana kan bahagia bila dengannya. Ini pelajaran untuk ukhti sekalian bahwa tidak sepatutnya kita berharap lebih dari apa yang telah Allah berikan. Ana terlalu mengaguminya, terlalu mengharapkannya, terlalu menginginkannya. Mungkin Allah cemburu, dan ternyata ana tak berjodoh dengannya. Meski ana tahu perasaannya sama seperti apa yang ana rasakan. Tapi kami hanya bisa terdiam dan membisu menyimpan niatan baik ini hingga kami dipisah oleh jarak dan waktu. 
Kami lama tak bertemu, bahkan sama sekali tidak berhubungan. hingga pada suatu hari dimana Ayah ana menghadap kesisi Allah Subhana Wa Ta'alla (innallillahi wa'inna illaihi raji'un) ia pun datang untuk turut berbela sungkawa. Ana sangat sedih saat itu sehingga tidak terlalu mengihiraukan dia. Tapi hati ana terasa seperti dialiri embun oleh kedatangannya yang tiba-tiba itu.
Tak lama setelah hari itu ia pun menghubungi ana. Kami pun saling berkomunikasi walaupun hanya lewat telepon genggam.
Dan suatu hari ia meminta maaf pada ana, yang entah tak ana tahu mengapa. Ternyata ia hendak Zuwaj (menikah), betapa hancur hati ana saat itu. Setelah sebelumnya ia mengatakan sangat mengagumi ana lalu kemudian ia menyampaikan berita yang sama sekali tak ingin ana dengar.
Ukhti, apakah  tak boleh air mata ini menetes untuknya?Tapi itulah kuasa Allah. Bahwasanya tidak seharusnya kita berlebihan pada sesuatu. Termasuk mencintai sesama makhluk secara berlebihan. Ana sadar itu adalah kesalahan ana yang semoga kedepannya ana bisa perbaiki.
Dan untuknya disana bersama hareem nya yang insya Allah baik agamanya, iman islamnya, dan mampu mebahagiakan kamu, semoga rumah tangga kalian diberkahi Allah, diberikan keturunan yang membanggakan, dan mampu mencapai nikmat rumah tangga dunia wal akhira.Amin.
Ana ikhlas untuk semuanya. Terima Kasih untukmu yang pernah mengukir sedikit sejarah kehidupan ana. Semoga kedepannya hati ini lebih kuat pad fondasi keimanan yang Islam ajarkan. untuk tidak terlalu mengagumi yang tak seharusnya dikagumi, apalagi sampai melupakan Allah Subhana Wa Ta'alla dan Rasullullah Sallallahu Allaihi Wassallam. Insya Allah.