Senin, 27 Desember 2010

Ceritaku tentang si Dia

لسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Ukhti, kalian pasti pernah merasakan bagaimana rasanya menyukai, membenci, kecewa, senang, sedih, dan berbagai macam perasaan lainnya. Lalu pernahkah kalian merasakan apa itu mencintai?Ukhti, maukah kalian menjelaskan pada ana tentang apa itu arti cinta? 
Ukhti, ana pernah mengalami sesuatu yang sebenarnya tak ingin ana alami. ana pernah merasakan kekecewaan yang seharusnya tak ana rasakan. Apalagi hanya karena seorang makhluk Adam.Masya Allah.
Ana hanya seorang gadis lemah yang tak mampu menolak keindahan. Ketika ia lewat dihadapan ana, seketika mata ini terpicing kesilauan. Apa yang menyebabkan ana seperti itu adalah lantaran keindahan akhlak yang ia punya. yang ketika berjalan ia selalu menundukkan pandangannya, ketika ia bertemu seseorang selalu mengucapkan salam, ketika Adzan berkumandang ia selalu berjalan cepat menuju masjid, ketika ia bicara ia selalu merendahkan suaranya, dan ketika kami bersua ia selalu tertunduk senyum sambil mengucap salam yang ana harap ada makna dan do'a didalamnya. Ia tak pandai bergaul seperti kebanyakan  teman-temannya. Ia tak secerdik mereka (teman-temannya) yang tak sungkan menanyakan kabar ana meminta nomor handphone, dan mengajak ana makan bersama. Ia tak seperti itu. ia hanya tersenyum ketika ana membantunya pada suatu urusan karena kebetulan kami saat itu ada dalam satu majelis yang sama.
Ya, saat itu ana sangat mengaguminya. Karena kebersahajaan dia yang mampu membuat mata terpicing kesilauan dan membuat hati ini bergetar kala ia memanggil halus nama ana "Aisyah".
Tapi keindahan itu memang tidak untuk ana. yang jujur sangat mengharapkan Ia menjadi imam dalam hidup ana. Ana benar-benar merasa ia adalah orang yang ana cari. Ia sempurna menurut ana meski tak ada manusia yang sempurna selain Rasullullah Sallallahu Allaihi Wassallam. Tapi ana yakin ia lah yang ana mau. dan ana yakin ana kan bahagia bila dengannya. Ini pelajaran untuk ukhti sekalian bahwa tidak sepatutnya kita berharap lebih dari apa yang telah Allah berikan. Ana terlalu mengaguminya, terlalu mengharapkannya, terlalu menginginkannya. Mungkin Allah cemburu, dan ternyata ana tak berjodoh dengannya. Meski ana tahu perasaannya sama seperti apa yang ana rasakan. Tapi kami hanya bisa terdiam dan membisu menyimpan niatan baik ini hingga kami dipisah oleh jarak dan waktu. 
Kami lama tak bertemu, bahkan sama sekali tidak berhubungan. hingga pada suatu hari dimana Ayah ana menghadap kesisi Allah Subhana Wa Ta'alla (innallillahi wa'inna illaihi raji'un) ia pun datang untuk turut berbela sungkawa. Ana sangat sedih saat itu sehingga tidak terlalu mengihiraukan dia. Tapi hati ana terasa seperti dialiri embun oleh kedatangannya yang tiba-tiba itu.
Tak lama setelah hari itu ia pun menghubungi ana. Kami pun saling berkomunikasi walaupun hanya lewat telepon genggam.
Dan suatu hari ia meminta maaf pada ana, yang entah tak ana tahu mengapa. Ternyata ia hendak Zuwaj (menikah), betapa hancur hati ana saat itu. Setelah sebelumnya ia mengatakan sangat mengagumi ana lalu kemudian ia menyampaikan berita yang sama sekali tak ingin ana dengar.
Ukhti, apakah  tak boleh air mata ini menetes untuknya?Tapi itulah kuasa Allah. Bahwasanya tidak seharusnya kita berlebihan pada sesuatu. Termasuk mencintai sesama makhluk secara berlebihan. Ana sadar itu adalah kesalahan ana yang semoga kedepannya ana bisa perbaiki.
Dan untuknya disana bersama hareem nya yang insya Allah baik agamanya, iman islamnya, dan mampu mebahagiakan kamu, semoga rumah tangga kalian diberkahi Allah, diberikan keturunan yang membanggakan, dan mampu mencapai nikmat rumah tangga dunia wal akhira.Amin.
Ana ikhlas untuk semuanya. Terima Kasih untukmu yang pernah mengukir sedikit sejarah kehidupan ana. Semoga kedepannya hati ini lebih kuat pad fondasi keimanan yang Islam ajarkan. untuk tidak terlalu mengagumi yang tak seharusnya dikagumi, apalagi sampai melupakan Allah Subhana Wa Ta'alla dan Rasullullah Sallallahu Allaihi Wassallam. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar