By : Siti Aisyah
Senyum mentari pagi terasa begitu hangat menyelimuti persendianku yang kaku, pancuran air wastafel pun begitu menyegarkan membasuh wajahku yang lusuh. setelah semalaman terjaga membuat sedikit kado manis berupa kumpulan foto-foto Cia yang kubuat video musik dan sepenggal puisi bentuk perasaan yang kurasakan padanya. Tertawa geli aku melihat hasil karyaku. Tidak begitu bagus memang, tapi aku yakin ini yang terbaik daripada sekedar memberinya sekotak coklat dengan ucapan yang diprint rapi.
Senin, 12 Desember 2011. Tepat hari dimana Cia berusia genap 20 tahun. Tapi aku merasa ia tetap Cia teman SMP ku yang berusia 13 tahun. Ia masih menyimpan lolipopnya di tas, masih tak becus mengikat tali sepatunya, masih rajin menyampul buku-buku kuliahnya. Seperti apa yang selalu ia lakukan saat SMP. Dan masih sering datang kerumahku untuk meminjam manga. Lucia Amanda Deska. Tulisan wajib yang selalu terukir di komik mangaku yang dipinjamnya.
8.30 WIB. Pagi ini, kampus ramai dengan kesibukan mahasiswa yang lalu lalang memasuki ruang kelas. Aku masih terlihat sibuk dengan Laptop dihadapanku. Lagu “UNTITLED” Maliq D essentials terdengar berulang kali ku putar. Mungkin karena aku merasa liriknya mewakili perasaanku, atau hanya sekedar admire dengan keindahan petikan gitarnya. Entahlah.
“Yoyooo,,, Tugas !!!!”
Cia mengagetkanku dengan kedatangannya yang tiba-tiba, spontan ku tutup laptopku dan menoleh ke arahnya. Dengan jarak sekitar 4 meter ia mengagetkanku dan setengah berlari menghampiri.
“Belum ngerjain deh pasti.” Tanyaku. Ia hanya mengangguk sambil menarik nafas yang tergesa-gesa. Ia membuka tas nya dan mengambil benda keramat yang paling ampuh meredam kegelisahannya. LOLIPOP.
“udah nih, pelajarin dulu. Biar nanti kalo ditanya dosen ngga Cuma ah eh oh aja.” Sambil ku keluarkan beberapa lembar kertas dari tasku.
“Aaaaaa!! Yoyoo is the best!” Cia tertawa lebar dan bertingkah bak anak TK yang baru saja diberi sekotak permen. Parahnya, itu membuatku luluh dan ingin sekali mencubit pipinya yang chubby.
Kami berangkat bersama menuju ruang kelas di lantai 4. Sepanjang perjalanan ia hanya ngemut Lolipopnya sambil membolak-balikan lembaran tugas yang kuberikan untuknya.
“Yoyooo, hari ini Cia ulang tahun..” Cia mengagetkanku. Aku terdiam sejenak. Apa yang membuat Cia tiba-tiba berkata seperti itu? Entahlah, aku hanya bisa berkata
“Terus..?”
“Cia minta kado!”
Aiihh betapa lugunya anak ini. Selama ini, sekalipun tak pernah ada kado ulang tahun untuknya selain satu pack Lolipop warna-warni yang rasanya Cuma manis. Entahlah, Cia hanya tidak tahu saja tentang apa yang telah kubuat untuknya.
“Itu tadi tugasnya ngga sempet dibungkus.” Candaku sambil tertawa geli.
Cia mengerutkan dahinya dan terlihat heran, ia terdiam dan menghentikan langkahnya sejenak. mungkin dipikirnya, apa tidak ada Lolipop hari ini? Memang tak ada Lolipop hari ini. The Present I’ll give to you is sweeter than a box of candy. Pagi itu, Cia terlihat manis dan lucu. Tak sabar ku ingin memberikan hadiah yang kubuat semalaman.
16.00 WIB, sepulang kuliah. aku menunggu Cia didepan gerbang rumah. Sambil menggenggam satu buah CD bertuliskan “Just For Lucia Amanda Deska”. 30 menit berlalu. Cia belum juga pulang. Aku mulai sedikit kawatir. Entah karena Cia belum tiba dirumah atau memang perasaan ini terlalu takut jika CD ini sama seperti hadiah-hadiah lainnya yang tak pernah kuberikan padanya. Seperti tembikar bentuk hati buatanku yang bertuliskan namanya saat ulang tahunnya yang ke-17, juga seperti komik buatanku yang berceritakan kisah kami berdua yang harusnya kuberikan saat ia berusia 18. Yang terbaru tepatnya setahun yang lalu adalah photo album berisi semua foto-fotonya yang kuambil secara diam - diam dan kuselipkan sebuah tulisan “I love you, cia” semua tak sempat aku berikan padanya lantaran rasa Maluku yang teramat dalam. Entahlah, aku hanya merasa takut kehilangan keceriaannya, kelucuannya, dan saat-saat dimana ia membutuhkanku. Cia tak pernah tau itu semua. Yang ia tahu, aku selalu menyiapkan sekotak lollipop untuknya. Tiap tahun selalu sama. Ohh Cia, akankah kau tahu semua yang telah kubuat untuk membuatmu mengerti perasaanku?
…………
Cia tak pulang malam ini. Aku menunggunnya hingga hampir pagi. Aku tak tidur. Juga tak masuk rumah semalaman. Kakiku gemetar, badanku menggigil kedinginan, angin semalam berhasil membuatku jatuh terkulai. Aku benar-benar lemas, tapi otakku tak dapat berhenti memikirkan Cia. Kemana dia? Mengapa tak pulang? Apa yang terjadi. Namun kemudian, semuanya gelap. Dan ketika terbangun, aku terbaring dikasur rumah sakit dengan bau obat-obatan yang membuatku mual.
Mama memandangku khawatir, menggenggam tanganku, matanya sedikit berkaca, tapi senyumnya seolah menguatkanku untuk bertanya
“ko aryo di rumah sakit mah?” mama hanya tersenyum dan menyuapiku bubur hangat yang rasanya Erhh… mengerikan.
Mama memandangku. Kutahu ada beberapa hal yang ingin ia sampaikan. Hal pertama yang ia sampaikan adalah bahwa Cia sudah berada dirumah.aku lega. Tapi bagaimana dengan CD nya? Aku benar-benar berniat memberikannya hari itu. Aku tak ingin seperti setumpuk benda mati yang kubuat untuknya dengan sangat indah, tapi berakhir usang. Hatiku terbesit
“Cia, tunggu aku, hari ini aku pasti berikan apa yang telah kubuat untukmu.”
Seketika tenagaku bagai terkumpul dan mendorongku untuk pergi menemui Cia. aku ingin pulang menemui Cia. aku ingin sekali, perasaan yang tak pernah muncul sebelumnya. Tapi sayang, aku baru akan pulang besok menunggu hasil laboratorium. Sepanjang hari aku memikirkan kata-kata apa yang akan kuucapkan pada Cia. tidak ada Lolipop, coklat, ataupun boneka teddy warna pink kesukaannya. Yang ada hanyalah satu keping CD dengan foto-fotonya, dengan iringan lagu Maliq D essentials juga sepetik perasaanku. Hatiku berbisik merdu..
“Cia, I miss you”
15 Desember 2011. Tepat hari ulang tahunku. Aku siap menemui Cia hari ini, Dokter mengizinkanku pulang. Mama hanya terdiam sejak kemarin. Matanya seolah berbicara padaku, ada yang ingin diungkapkannya. Tapi ia terdiam.
Di depan gerbang rumahnya berdiri sebuah tenda. Sepi. Tapi terlihat seperti telah ada acara besar kemarin. kulihat kak Lisa menghampiriku. Matanya sembab. Sambil menahan tangis, ia memberikanku sebuah album berisi foto-fotoku dan sebuah kertas berukuran postcard bertuliskan “I love you, Aryo Satya Tama from: your Cia”
“Cia kecelakaan waktu mau beli kertas kado untuk bungkus ini yo”
---The End---
Ai.. ini bagus loh.. gw nangis pas baca ini di kantor, hehe.. ngingetin gw sama temen gw yang udah meninggal juga..
BalasHapusterusin nulis ya ai.. :)
masa sih bagus?? ai kira malah trlalu cengeng critanya.. makasih ya k uga udh dibaca.. :)
BalasHapus