lantaran sebuah ingin ...
ku tuliskan secuil puisi kutitipkan ke elok purnamasari
seorang wanita bersayap, berjambul tepat dibelakang kepalanya.
kaki bergerak gerak seakan tak sabar menunggu.
ku hempaskan nafas terakhir, tanda ku telah selesai menulis.
ku masukan tulisan itu dalam sebuah kantong kecil yang telah tertata rapi. dia pun segera terbang jauh, dan tak lagi terlihat oleh 4 mata ini.
di jauh sana wanita cantik duduk termenung di rundu sebuah beban,
entah berapa lembar atau berapa buku telah habis melahap detik hidupnya. kasian sekali.
dengan kepakan manjanya elok menghampirinya dan mengepak ngapakan sayapnya manja. dibukanya lembaran itu tak sabar.
--- tanyakan pada angin malamku ---
hai gadis ...
lama tak bersua.
adakah kau masih dengan pipimu yang anggun.
atau masih dengan bibirmu yang manyun.
ku disini tetep mengelus indah bulanmu,
yang tak pernah lelah menjagamu di setiap penghujung malammu.
andaikan bunga matahari yang ku tanam disana telah tumbuh pagi ini, kan ku utus elok purnamasari dan keluarganya mengirimnya untukmu.
lama sudah ku bungkam bibir ini tak bersiul.
merasakan indah sepoy angin rindu yang tlah kau titipkan pada sore hari.
agaknya aku malu, malu pada dirimu yang cantik,
karna tak pantas diri ini mengenakan jas yang kau rajut indah dari kain emas rindumu.
andakaikan ku bisa meraihmu malam ini.
ku pugar taman indah yang penuh akan bunga matahari kuning yang bermekaran,
ku ayun dirimu dari ayunan pualam yang ku gantung di pohon beringin di bukit taman,
elok dan keluarganya berterbangan dan bernyanyi.
sayangnya tak kulihat bibir manismu berbagi senyum walau secuit,
ntah mengapa ...
kau tak mau diganggu.
kau memintaku diam dan meninggalkanku.
dengan sekejap taman dan bukit dengan ayunan di pohon beringin hancur berterbangan menjadi kepingan kecil, dan hilang.
dan kau masih di sana, ntah di mana.
sedangkan aku menjaga lilin kecilku agar tak mati di tiup angin malam ini.
ntah kenapa ...
tanyakan pada angin malamku ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar