Apakah yang membuat seorang manusia menjadi begitu kaku untuk sekedar mengucap kata penyesalan? untuk sekedar meyakinkan hatinya bahwa ia telah salah dan membuatnya bersedia mengucapkan kata maaaf ?
mengapa harus ada faktor malu dan tinggi hati ? lalu bagaimanakah caranya untuk menghilangkan faktor - faktor tersebut ?
Allah memberi kita hati untuk mencerna baik dan buruknya sebuah keputusan. pantas tidaknya keputusan tersebut kita realisasikan. tapi mengapa terkadang hati itu tidak berfungs sebagaimana mestinya? patutkah kita terus- menerus melauluinya setiap kali ada dalam problema yang sama.
sebagai manusia yang penuh dosa, saya mengalaminya. entah mengapa rasanya begitu kaku lidah ini mengucap kata maaf. padahal saya tahu bahwa dengan satu saja kata maaf yang terujar dari mulut saya akan sedikit memperbaiki suasana. Hati saya terus - menerus berbisik sesal. Namun bibir ini kelu. rasanya kata maaf itu tabu untuk saya ucapkan. dan saya hanya berharap orang yang telah saya lukai mengerti akan rasa penyesalan saya. padahal saya tahu itu tak mungkin. tak ada yang bisa mengerti hati terdalam kita kecuali kita dan Allahu Rabbi. dan karena rasa tinggi hati itu, saya mendapatkan satu rasa yang tak pernah saya harapkan kehadirannya. yaitu rasa sesal yang amat dalam. saya merasa rasa tinggi hati itu tidak membuat saya lantas menjadi sosok yang dihormati. lebih kepada sifat kesombongan. Astaghfirullah. semoga itu dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.Amin.
mengapa harus ada faktor malu dan tinggi hati ? lalu bagaimanakah caranya untuk menghilangkan faktor - faktor tersebut ?
Allah memberi kita hati untuk mencerna baik dan buruknya sebuah keputusan. pantas tidaknya keputusan tersebut kita realisasikan. tapi mengapa terkadang hati itu tidak berfungs sebagaimana mestinya? patutkah kita terus- menerus melauluinya setiap kali ada dalam problema yang sama.
sebagai manusia yang penuh dosa, saya mengalaminya. entah mengapa rasanya begitu kaku lidah ini mengucap kata maaf. padahal saya tahu bahwa dengan satu saja kata maaf yang terujar dari mulut saya akan sedikit memperbaiki suasana. Hati saya terus - menerus berbisik sesal. Namun bibir ini kelu. rasanya kata maaf itu tabu untuk saya ucapkan. dan saya hanya berharap orang yang telah saya lukai mengerti akan rasa penyesalan saya. padahal saya tahu itu tak mungkin. tak ada yang bisa mengerti hati terdalam kita kecuali kita dan Allahu Rabbi. dan karena rasa tinggi hati itu, saya mendapatkan satu rasa yang tak pernah saya harapkan kehadirannya. yaitu rasa sesal yang amat dalam. saya merasa rasa tinggi hati itu tidak membuat saya lantas menjadi sosok yang dihormati. lebih kepada sifat kesombongan. Astaghfirullah. semoga itu dapat menjadi pelajaran bagi kita semua.Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar