Malam, indah dengan tetes rintik hujan membayang..
terkadang lugas ku buka luka hari yang menganga..
beralaskan lembaran dan beberapa kata sumbang..
mencoba menuliskan ragu hati yang terus menggelora..
kau tetap sebuah tempat bernama "Diam"
ketika jiwa hampa terkoyak sedu dan sedan
bahkan berteriak dalam bisu yang kelam..
kau jentikkan jemari dan tangis kembali jadi lelehan...
sedih aku percuma dalam ketidakpastian...
semua menjadi caci dan cambuk dalam setiap rintihan..
permohonan, mengucilkan nurani dan membekukan,
setiap tiap kekecewaan yang tak terlupakan..
Malam, kau tunjukkan lagi kekuatanmu..
yang secara pasti melemahkanku..
kala dibayang-bayangi lagi kecewaku,
merajam lemahnya syukurku...
Malam, kau slalu menjadi sebuah tempat untuk ku mengeluh.....
Jakarta, 21 Desember 2011
---Siti Aisyah---
terkadang lugas ku buka luka hari yang menganga..
beralaskan lembaran dan beberapa kata sumbang..
mencoba menuliskan ragu hati yang terus menggelora..
kau tetap sebuah tempat bernama "Diam"
ketika jiwa hampa terkoyak sedu dan sedan
bahkan berteriak dalam bisu yang kelam..
kau jentikkan jemari dan tangis kembali jadi lelehan...
sedih aku percuma dalam ketidakpastian...
semua menjadi caci dan cambuk dalam setiap rintihan..
permohonan, mengucilkan nurani dan membekukan,
setiap tiap kekecewaan yang tak terlupakan..
Malam, kau tunjukkan lagi kekuatanmu..
yang secara pasti melemahkanku..
kala dibayang-bayangi lagi kecewaku,
merajam lemahnya syukurku...
Malam, kau slalu menjadi sebuah tempat untuk ku mengeluh.....
Jakarta, 21 Desember 2011
---Siti Aisyah---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar